Di Bawah Sinar Rembulan [Sebuah Cerpen]

Seperti malam yang sudah pernah aku alami. Dan sekarang malam berganti cerita dan tampaknya tetap saja tak berubah sama sekali. Bapak menemui kuasnya di atas kanvas. Aku, mendengarkan alunan musik. Tak terasa waktu sudah semakin larut.

Bapak kemudian bertanya, yang daritadi sudah letih seharian bekerja, "Mbak, belum tidur?"
Aku jawab saja, "Belum pak."
Bapak lanjut bertanya, "In, pasminanya kapan mau diselesaikan?"
                        "Nanti saja pak, aku nunggu bapak saja."
                        "Ya sudah, nanti kita obrolkan di waktu yang lain."

Tiba-tiba semuanya hening dan kaku. Aku merasa malu bahkan sering. Kenapa aku tidak sebaik yang mereka pikirkan. Bapak, ibu, aku tahu akan maksudmu. Aku tahu bagaimana semuanya bisa lebih sulit untuk diungkapkan. Namun mereka tetap nyanyianku, pelipur laraku, dan sampai kapanpun tetap menjadi bagian dari hidupku.

Aku ingat masa remajaku. Penuh dengan cerita suka duka. Yang lain hanyalah cerita cinta biasa. Sekarang aku rasakan hal yang lebih dari itu.